Cari Blog Ini

Selasa, 09 April 2013



FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN

Pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara  untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala bidang. Dalam sepanjang sejarah hidup umat manusia di muka bumi ini, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai sarana pembudayaan dan peningkatan kualitasnya, meskipun dengan sistem dan metode yang berbeda-beda, sesuai dengan taraf  hidup dan budaya masing-masing.
Melalui pendidikan tercipta manusia yang bermutu, berkualitas, beriman bertakwa kepada Allah SWT. Namun pendidikan tidak akan mencapai hasil yang optimal, tidak akan mencapai tujuannya apabila manajemen pendidikan dalam hal ini fungsi-fungsi  manajemen pendidikan tidak berjalan dengan baik dan benar.
Salah satu problem yang terjadi hampir disebagian besar lembaga pendidikan di Negara ini karena pengelolaan pendidikan tidak berjalan dengan benar. Pengelolaan pendidikan berjalan apa adanya, dengan sumber daya yang kurang menguasai tentang manajemen itu sendiri. Fungsi-fungsi manajemen pendidikan tidak berjalan dengan baik, akibatnya lembaga-lembaga pendidikan tersebut tidak semakin maju, tapi malah semakin mundur dan tertinggal jauh dengan lembaga-lembaga yang lain.
Menurut Muhaimin, pendidikan nasional dihadapkan kepada berbagai permasalahan pokok dan salah satu dari permasalah itu adalah lemahnya manajemen pendidikan.[1]
Masih lemahnya manajemen pendidikan sampai dewasa ini tidak bisa dibiarkan terus berjalan asal jadi alias serampangan, tapi perlu disikapi dengan penuh ketekunan mengoptimalkan fungsi-fungsi manajemen dengan baik, sehingga pada akhirnya hasil pendidikan dapat memuaskan semua pihak yang terkait didalamnya.
A.    Pengertian Manajemen
Hersey dan Blanchard mengemukakan bahwa manjemen adalah proses bekerja sama antara individu dan kelompok serta sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi.[2]
Manajemen merupakan proses memperoleh suatu tindakan dari orang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut  Oemar Hamalik, ada  lima fungsi manajemen yakni : perencanaan, pengorganisasian, staffing, pengarahan, control.[3]
Di antara fungsi-fungsi manajemen pendidikan Islam adalah sebagai perencanaan, pengorganisasian, pengerakan, dan pengawasan. Fungsi manajemen pendidikan islam secara detail akan dibahas sebagai berikut.
1.        Fungsi perencanaan,
Perencanaan adalah proses, cara, perbuatan merencanakan (merancangkan).[4]
Mondy & Premeaux menjelaskan bahwa perencanaan merupakan proses menentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan.[5]
Perencanaan adalah sebuah proses yang dilakukan oleh seorang manajer dalam menentukan tujuan dan mengambil langkah-langkah untuk menjamin bahwa tujuan tersebut dapat dicapai.
Perencanaan merupakan langkah pertama yang harus diperhatikan oleh manajer dan para pengelola pendidikan-pendidikan Islam. Perencanaan merupakan hal penting yang hendaknya ada dalam manajemen pendidikan islam. Perencanaan sangat perlu dan harus ada dalam pendidikan islam.  Jika tanpa ada perencanaan maka keberlangsungan pendidikan Islam akan terkendala. Allah memberikan arahan bahwa setiap orang beriman dan bertakwa hendaknya memperhatikan hari esoknya, memperhataikan apa rencana yang akan dilakukan untuk hari esok. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah.
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al Hasr : 18)

Perencanaan dalam lembaga pendidikan Islam tidak hanya untuk memenuhi target tujuan pendidikan Islam dalam jangak tertentu, tetapi perencanaan pendidikan Islam melampaui batas duniawi. Maksudnya adalah perencanaan pendidikan Islam diarahkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat. Hal ini diperkuat oleh pendapat Ramayulis, bahwa perencanaan pendidikan Islam tidak sekedar diarahkan untuk mencapai kesempurnaan kebahagiaan dunia saja, tetapi juga kebahagiaan akherat, artinya dalam perencanaan pendidikan Islam perlu mempertimbangkan keseimbangan antara tujuan dunia dan akherat.
Dalam manajemen pendidikan Islam perencanaan meliputi, penentuan prioritas, penetapan tujuan, merumuskan prosedur, dan pembagian tugas kepaada individu maupun kelompok. Manajemen perencanaan dalam pendidikan Islam menjadi penentu prioritas, memperjelas prosedur, pendelegasian yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam manajemen pendidikan Islam perencanaan mempunyai karakteristik, karakteristik tersebut adalah suatu proses rasional, berhubungan dengan tujuan social, cara, tujuan, proses-proses dan kontrol, perencanaan dalam manajemen pendidikan Islam merupakan rancangan konseptual, dan konsep yang dibuat hendaknya bersifat dinamis dan lentur.
Perencanaan dalam manajemen pendidikan, merupakan kunci keberhasilan pada suatu lembaga. Untuk itu perencanaan dalam pendidikan Islam hendaknya meliputi pengetahuan khusus seperti metode ilmiah yang menyeluruh, mengetahui nilai-nilai, dalam hal tentunya nilai-nilai keislaman, dan adanya pemahaman yang bersifat kontinuitas.
Dengan demikian dalam mananjemen pendidikan islam hendaknya memperhatikan perencanaan, karena perencanaan merupakan awal dari segala aspek yang akan dilakukan dalam manajemen pendidikan Islam, selain langkah awal perencanaan merupakan aktifitas untuk memilih berbagai alternative tindakan yang kesemua itu bermuara kepada suatu target yang harus dicapai. Langkah-langkah dalam perencanaan adalah sebagai berikut :
a.          Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
b.         Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan.
c.          Masalah-masalah atau informasi-informasi yang diperlukan.
d.         Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan.
e.          Merumuskan bagaimana masalah-masalah tersebut akan dipecahkan dan bagaimana pekerjaan pekerjaan itu harus diselesaikan.
f.          Menentukan siapa yang akan melakukan dan apa yang mempengaruhi pelaksanaan tindakan tersebut.
g.         Menentukan cara bagaimana mengadakan perubahan dalam penyusunan rencana.
Dalam proses perencanaan, ada beberapa dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu :
a.       Pra rencana yang berisi : pengumpulan dan pengelolaan data, diagnosis dan prognosis keadaan, perumusan kebijakan, estimasi kebutuhan, menganggarkan kebutuhan, dan memilih sasaran.
b.      Merumuskan rencana.
c.       Perincian rencana.
d.      Implementasi rencana.
e.       Revisi dan perencanaan kembali.[6]
Dengan demikian manajemen pendidikan Islam hendaknya diawali dengan perencanaan yang jelas dan matang, dengan adanya perencanaan yang matang diharapkan manajemen pendidikan Islam akan berjalan dengan baik.
2.        Pengorganisasian
Organisasi adalah kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama.[7]
Mondy & Premeaux menjelaskan bahwa orgganisasi ialah kerja sama dua orang atau lebih dalam satu keadaan yang terkoordinir untuk mencapai hasil yang diinginkan.[8]
Asnawir menyatakan bahwa pengorganisasian adalah aktivitas penyusunan, pembentukan hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Akitivitas mengumpulkan segala tenaga untuk membentuk suatu kekuatan baru dalam rangka mencapai tujuan merupakan kegiatan dalam manajemen, karena pada dasarnya mengatur segala sesuatu yang ada dalam sebuah organisasi maupun suatu lembaga adalah kegiatan pengorganisasian.
Kegiatan menyusun berbagai elemen dalam sebuah lembaga pendidikan maupun instansi merupakan kegiatan manajemen yang secara khusus disebut sebagai pengorganisasian, hal ini makin memperjelas bahwa di antara fungsi manajemen adalah menyusun dan membentuk berbagai hubungan kerja dari berbagai unit untuk menjadi sebuah tim yang solid, dari tim yang solid akan memberi kekuatan.
Dengan demikian, maka sebuah organisasiterdiri dari beberapa unsur yaitu :
a.       Ada kumpulan orang-orang;
b.      Ada pembagian kerja atau spesialisasi dalam organisasi;
c.       Bekerjasama di mana aktivitas-aktivitas yang terpisah dikoordinir;
d.      Ada tujuan bersama yang akan dicapai melalui kerjasama yang terkoordinir.[9]
Untuk kelangsungan fungsi organisasi ada dalam rancangan manajemennya, yaitu :
a.       Kesatuan perintah;
b.      Rentang pengawasan;
c.       Pembagian kerja;
d.      Departementalisasi.[10]
Menurut Winadi, pengorganisasian ialah suatu proses di mana pekerjaan yang ada dibagi dalam komponen-komponen yang dapat ditangani dan aktivitas-aktivitas mengkoordinasikan hasil yang dicapai untuk mencapai tujuan tertentu.[11]
Reeser menekan bahwa pengorganisasian itu berfungsi untuk membagi kerja terhadap berbagai bidang, menetapkan kewenangan dan pengkoordinasian kegiatan bidang yang berbeda untuk menjamin tercapainya tujuan dan mengurangi konflik yang terjadi dalam organisasi. [12]
Apabila terjadi kesatuan kekuatan dari berbagai elemen sistem untuk mencapai tujuan dalam lembaga maupun organisasi maka manajemen dianggap berhasil. Karena telah mampu menyatukan semua elemen dalam sistem untuk mewujudkan tujuan bersama. Dalam Al-Quran Allah telah memberikan kunci dalam manajemen yaitu untuk bersatu. Adanya kesatuan sistem akan memberi peluang besar untuk mencapai tujuan bersama.
Hal tersebut dapat dipahami dari Firman Allah SWT :
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Qs. Al-Imran:102-103)

Ramayulis menyatakan pengorganisasian dalam manajemen sebagai upaya penetapan struktur peran-peran dengan cara membuat konsep-konsep kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan.
Hal ini makin memperjelas posisi pengorganisasin dalam manajemen, konsep pengorganisasian tersebut secara jelas memberikan gambaran bahwa dalam manajemen ada upaya untuk melakukan peran-peran yang berbeda dalam rangka mewujudkan tujuan bersama, meskipun berbeda-beda dalam peran tetapi kesemua peran dan aktivitas tersebut bermuara kepada satu tujuan yaitu pencapaian target-target yang telah disepakati sebelumnya.
Dalam penetapan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan bersama, dengan rincian-rinciannya, baik berupa tugas-tugas tertentu, pendelegasian wewenang, informasi-informasi horizontal maupun vertikal merupakan kegiatan pengorganisasian.
Kegiatan-kegiatan tersebut mengindikasikan kebersamaan yang saling menentukan satu dengan lainnya. Kegiatan yang dilakukan membentuk lingkaran kebersatuan dan membentuk jejaring kerja berkesimbungan. Kebersatuan kerja membentuk sebuah tim kerja yang berdedikasi tinggi terhadap kerja masing-masing. Adanya jejaring kerja tim yang baik akan memberi peluang besar tercapainya tujuan bersama. Adanya kerja sama dengan bermacam jenis kegiatan menuju satu arah tujuan merupakan proses pengorganisasian dalam manajemen pendidikan Islam.
Pengorganisasian dalam manajemen pendidikan Islam adalah penentuan struktur, aktifitas,interaksi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara transparan, dan jelas dalam lemabaga pendidikan baik bersifat individual, kelompok maupun kelembagaan.
Dengan demikian pengorganisasian dalam manajemen pendidikan Islam merupakan penetapan berbagai hal untuk mempermudah dalam aktivitas perwujudan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Penetapan tersebut bukan hanya sekedar pembagian tugas, tetapi penetapan menyeluruh tentang segala sesuatu yang membangun sistem tersebut, sehingga membentuk tim kerja yang akan mewujudkan tujuan pendidikan Islam.
3.        Staffing
Meliputi kegiatan seleksi calon staf pendidik dan kependidikan. 
4.        Penggerakan, Pengarah
Manajemen mempunyai fungsi penggerakan, adanya pengerakan yang dilakukan oleh manajer memungkinkan organisasi berjalan dan perencanaan dilaksanakan. Dengan demikian pengerakan yang dilakukan oleh manajer penting dalam manajemen. Manajer yang mampu menggerakan bawahannya tentu mempunyai kiat-kiat tertentu, seperti memberi motivasi, yakni usaha membangkitkan merupakan satu di antara asma Allah yaitu Al-Ba’ist yang berarti membangkitkan. Berdasarkan Asma Allah tersebut hendaknya manajer mempunyai sifat tersebut sehingga diharapkan dalam manajerialnya mampu membangkitkan semangat kerja bawahannya. Berkenaan dengan sifat Al-Ba’ist Allah berfirman :
Artinya :
“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan[481], kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan”. (Qs. Al-An’am : 60)

Manajerial yang dibingkai dengan Al-ba’ist akan mampu memberikan energi motivasi kepada bawahan secara alamiah religius, dikatakan sebagai alamiah religius karena pada dasarnya manusia mempunyai sifat tersebut, meskipun tidak dalam tataran sempurna seperti Allah, karena manusia tidak akan pernah menyamai Allah, tetapi paling tidak dalam kontek manajerial manusia dapat mencontoh bagaimana Allah memberi motivasi kepada makhluk ciptaan-Nya.
  1. Pengawasan
Pengawasan merupakan usaha mengawasi atau pengamatan agar pelaksanaan tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Menurut Ramayulis pengawasan adalah upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional dalam rangka menjamin kegiatan berjalan sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan.
Asnawir menyatakan bahwa pengawasan sangat penting dalam suatu organisasi, karena pengawasan akan membantu kelangsungan administrasi berjalan sesuai dengan harapan. Jalannya administrasi berjalan dengan baik, jika ada pengawasan yang baik, dengan demikian antara pengawasan dengan pelaksanaan administrasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena saling menunjang keterlaksanaan keduanya. Adanya pengawasan dalam pelaksanaan perencanaan maupun adminsitrasi dalam pendidikan Islam memungkinkan mengetahui kelemahan dalam peleksanaan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
Pengawasan dalam pendidikan Islam merupakan kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka menjamin terlaksananya kegiatan dengan konsisten, baik material maupun spiritual.  Pengawasan dalam pendidikan Islam tidak hanya mengedepankan hal-hal yang bersifat materil saja,tetapi juga mementingkan hal-hal yang bersifat spiritual. Hal ini yang secara signifikan membedakan antara pengawasan dalam konsep Islam dengan konsep sekuler yang hanya melakukan pengawasan bersifat materil dan tanpa melibat Allah Swt sebagai pengawas utama.
Menurut Ramayulis pengawasan dalam pendidikan Islam mempunyai karakteristik sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan spiritual, monitoring bukan hanya manajer, tetapi juga Allah Swt, menggunakan metode yang manusiawi yang menjunjung martabat manusia.
 Dengan karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa pelaksana berbagai perencaan yang telah disepakati akan bertanggung jawab kepada manajernya dan Allah sebagai pengawas yang Maha Mengetahui. Di sisi lain pengawasan dalam konsep Islam lebih mengutamakan menggunakan pendekatan manusiawi, pendekatan yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.

Penutup
Dari pembahasan makalah ini dapat dipahami bahwa Secara bahasa manajemen berasal dari kata manage yang berarti mengurus,mengatur, melaksanakan, mengelola. Kemudian secara istilah manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses kerjasama aktif dalam sebuah lembaga pendidikan dalam rangka mencapai tujuan lembaga pendidikan. Kerjasama tersebut berdasarkan keimanan kepada Allah, serta kerjasama untuk mencapai ridho Allah.
Prinsip-prinsip dalam manajemen pendidikan Islam adalah didasari rasa ikhlas kepada Allah, kejujuran, Amanah, adil, tanggung jawab, dinamis, fleksibel. Sedangkan aspek manajemen dalam pendidikan Islam adalah aspek institusi, struktural, personalia, informasi, teknik dan lingkungan. Kemudian fungsi manajemen pendidikan Islam adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengerakan, dan pengawasan. Perbedaan paling menonjol manajemen pendidikan Islam dengan manajemen sekuler atau manjemen lainnya adalah terletak dari prinsip dasarnya, yaitu Al-Quran dan Hadis. di sisi lain pengawasan bersifat menyeluruh, tidak saja melibatkan manajer dalam pengawasan.




[1] . Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Press, 2005, h.4
[2] . Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Press, 2005, h.41
[3] . Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung : Rosdakarya, 2008, h.33
[4] . Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2003, h. 946.
[5] . Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Press, 2005, h.61
[6] . Tim Pengembang Ilmu Pengetahuan, FIP-UPI, Bandung : IMTIMA, 2007, h. 230
[7] . Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2003, h. 803
[8] . Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Press, 2005, h.69
[9] . Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Press, 2005, h. 70
[10] . ibid
[11] . ibid
[12] . ibid, h. 71

5 TIPS MENGHAFAL QUR'AN ALA SYAIKH SA'AD AL-GHOMIDY
~SILAHKAN SHARE SEBANYAK-BANYAKNYA~

Imam Masjid Nabawi sekaligus Qori' legendaris, Syaikh Sa'ad Al Ghomidi memberikan lima tips yang harus diperhatikan bagi penghafal Alquran. Tips tersebut harus diperhatikan, khususnya bagi orang yang sama sekali tak bisa berbahasa Arab.

Pertama, harus mempunyai tujuan yang jelas. "Teman-teman Indonesia harus memiliki tujuan yang jelas, apa tujuan antum menghafal Alquran," kata beliau.

Kedua, ujar Sa'ad, harus ada lembaga yang menyelenggarakan program menghafal Alquran. Lembaga ini berfungsi untuk mengkoordinasi mereka yang ingin menghafal Alquran agar nantinya tidak patah dan berhenti di tengah jalan.

Ketiga, harus ada metode yang digunakan dan tak asal begitu saja. Jika memang ingin sungguh-sungguh, maka mesti ada metode yang dipakai. "Metode yang digunakan harus efektif dan bisa digunakan bagi seluruh kalangan. Sebab, kemampuan masing-masing orang dalam menghafal berbeda-beda. Ada yang bisa menghafal satu halaman per hari, namun ada juga yang hanya bisa menghafal satu ayat saja per hari," jelasnya.

Keempat, harus ada mu’allim (guru) yang menjadi rujukan dan mempunyai kemampuan membaca Alquran dengan baik dan benar. "Jadi mu’allim harus dilihat juga, apakah bacaannya fasih? Apakah hafalan Alqurannya baik? Apakah dia bisa menjadi qudwah (tauladan) dari kepribadian dan akhlaknya? Jadi memang diperlukan seleksi yang ketat dalam menentukan mu’allim itu,” jelas Syaikh.

Kelima, harus ada follow-up setelah menyelesaikan hafalan Alquran. Jadi, mereka yang telah merampungkan hafalan Alquran mereka tidak dibiarkan begitu saja. "Bagi sebahagian madrasah Tahfidz Alquran hanya menfokuskan santrinya bagaimana mencetak para hafiz Quran. Namun yang tak kalah pentingnya, apa yang akan mereka lakukan setelah mereka menjadi hafiz Quran?” jelas beliau lagi.

***
Lupa menjadi kendala terbesar bagi para penghafal Alquran. Biasanya, para penghafal tidak sabar dan ingin segera mengkhatamkan bacaannya dan kadang terlalu terburu-buru. Sehingga ayat yang telah mereka hafal tidak sempurna dan menjadi cepat lupa.

Syaikh Sa’ad Al Ghomidi menjelaskan, kunci utama dalam menghafal Alquran adalah terus mengulang hafalan. Ini yang terus dilakukannya walau pun telah selesai menamatkan Alquran 30 juz.

"(Penghafal Alquran) harus senantiasa dengan dua hal, tikrar (mengulang) dan istimrar (berkelanjutan). Ia harus terus mengulang hafalan yang telah dihafalnya dan melanjutkan hafalan barunya," jelas Syaikh.