FUNGSI-FUNGSI
MANAJEMEN PENDIDIKAN
Pendidikan bagi umat
manusia merupakan sistem dan cara untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala bidang. Dalam sepanjang
sejarah hidup umat manusia di muka bumi ini, hampir tidak ada kelompok manusia
yang tidak menggunakan pendidikan sebagai sarana pembudayaan dan peningkatan
kualitasnya, meskipun dengan sistem dan metode yang berbeda-beda, sesuai dengan
taraf hidup dan budaya masing-masing.
Melalui pendidikan
tercipta manusia yang bermutu, berkualitas, beriman bertakwa kepada Allah SWT.
Namun pendidikan tidak akan mencapai hasil yang optimal, tidak akan mencapai
tujuannya apabila manajemen pendidikan dalam hal ini fungsi-fungsi manajemen pendidikan tidak berjalan dengan
baik dan benar.
Salah satu problem yang
terjadi hampir disebagian besar lembaga pendidikan di Negara ini karena
pengelolaan pendidikan tidak berjalan dengan benar. Pengelolaan pendidikan
berjalan apa adanya, dengan sumber daya yang kurang menguasai tentang manajemen
itu sendiri. Fungsi-fungsi manajemen pendidikan tidak berjalan dengan baik,
akibatnya lembaga-lembaga pendidikan tersebut tidak semakin maju, tapi malah
semakin mundur dan tertinggal jauh dengan lembaga-lembaga yang lain.
Menurut Muhaimin,
pendidikan nasional dihadapkan kepada berbagai permasalahan pokok dan salah
satu dari permasalah itu adalah lemahnya manajemen pendidikan.[1]
Masih lemahnya
manajemen pendidikan sampai dewasa ini tidak bisa dibiarkan terus berjalan asal
jadi alias serampangan, tapi perlu disikapi dengan penuh ketekunan
mengoptimalkan fungsi-fungsi manajemen dengan baik, sehingga pada akhirnya
hasil pendidikan dapat memuaskan semua pihak yang terkait didalamnya.
A. Pengertian
Manajemen
Hersey
dan Blanchard mengemukakan bahwa manjemen adalah proses bekerja sama antara individu
dan kelompok serta sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi.[2]
Manajemen
merupakan proses memperoleh suatu tindakan dari orang lain untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Menurut Oemar Hamalik, ada lima fungsi manajemen yakni : perencanaan,
pengorganisasian, staffing, pengarahan, control.[3]
Di antara fungsi-fungsi manajemen pendidikan Islam adalah
sebagai perencanaan, pengorganisasian, pengerakan, dan pengawasan. Fungsi
manajemen pendidikan islam secara detail akan dibahas sebagai berikut.
1.
Fungsi perencanaan,
Perencanaan adalah proses, cara, perbuatan merencanakan
(merancangkan).[4]
Mondy & Premeaux menjelaskan bahwa perencanaan merupakan
proses menentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam
kenyataan.[5]
Perencanaan adalah sebuah proses yang dilakukan oleh seorang
manajer dalam menentukan tujuan dan mengambil langkah-langkah untuk menjamin
bahwa tujuan tersebut dapat dicapai.
Perencanaan merupakan langkah pertama yang harus
diperhatikan oleh manajer dan para pengelola pendidikan-pendidikan Islam. Perencanaan
merupakan hal penting yang hendaknya ada dalam manajemen pendidikan islam. Perencanaan
sangat perlu dan harus ada dalam pendidikan islam. Jika tanpa ada perencanaan maka
keberlangsungan pendidikan Islam akan terkendala. Allah memberikan arahan bahwa
setiap orang beriman dan bertakwa hendaknya memperhatikan hari esoknya,
memperhataikan apa rencana yang akan dilakukan untuk hari esok. Hal ini dapat
dipahami dari firman Allah.
Artinya
:
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Qs. Al Hasr : 18)
Perencanaan dalam
lembaga pendidikan Islam tidak hanya untuk memenuhi target tujuan pendidikan
Islam dalam jangak tertentu, tetapi perencanaan pendidikan Islam melampaui
batas duniawi. Maksudnya adalah perencanaan pendidikan Islam diarahkan untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akherat. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Ramayulis, bahwa perencanaan pendidikan Islam tidak sekedar diarahkan untuk
mencapai kesempurnaan kebahagiaan dunia saja, tetapi juga kebahagiaan akherat,
artinya dalam perencanaan pendidikan Islam perlu mempertimbangkan keseimbangan
antara tujuan dunia dan akherat.
Dalam manajemen
pendidikan Islam perencanaan meliputi, penentuan
prioritas, penetapan tujuan, merumuskan prosedur, dan pembagian tugas kepaada
individu maupun kelompok. Manajemen perencanaan dalam pendidikan Islam
menjadi penentu prioritas, memperjelas prosedur, pendelegasian yang terukur dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam manajemen
pendidikan Islam perencanaan mempunyai karakteristik, karakteristik tersebut
adalah suatu proses rasional, berhubungan dengan tujuan social, cara, tujuan,
proses-proses dan kontrol, perencanaan dalam manajemen pendidikan Islam
merupakan rancangan konseptual, dan konsep yang dibuat hendaknya bersifat
dinamis dan lentur.
Perencanaan dalam
manajemen pendidikan, merupakan kunci keberhasilan pada suatu lembaga. Untuk
itu perencanaan dalam pendidikan Islam hendaknya meliputi pengetahuan khusus
seperti metode ilmiah yang menyeluruh, mengetahui nilai-nilai, dalam hal
tentunya nilai-nilai keislaman, dan adanya pemahaman yang bersifat kontinuitas.
Dengan demikian dalam
mananjemen pendidikan islam hendaknya memperhatikan perencanaan, karena
perencanaan merupakan awal dari segala aspek yang akan dilakukan dalam
manajemen pendidikan Islam, selain langkah awal perencanaan merupakan aktifitas
untuk memilih berbagai alternative tindakan yang kesemua itu bermuara kepada
suatu target yang harus dicapai. Langkah-langkah dalam perencanaan adalah
sebagai berikut :
a.
Menentukan dan
merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
b.
Meneliti
masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan.
c.
Masalah-masalah atau
informasi-informasi yang diperlukan.
d.
Menentukan
tahap-tahap atau rangkaian tindakan.
e.
Merumuskan bagaimana
masalah-masalah tersebut akan dipecahkan dan bagaimana pekerjaan pekerjaan itu
harus diselesaikan.
f.
Menentukan siapa yang
akan melakukan dan apa yang mempengaruhi pelaksanaan tindakan tersebut.
g.
Menentukan cara
bagaimana mengadakan perubahan dalam penyusunan rencana.
Dalam proses
perencanaan, ada beberapa dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu :
a.
Pra rencana yang
berisi : pengumpulan dan pengelolaan data, diagnosis dan prognosis keadaan,
perumusan kebijakan, estimasi kebutuhan, menganggarkan kebutuhan, dan memilih
sasaran.
b.
Merumuskan rencana.
c.
Perincian rencana.
d.
Implementasi rencana.
e.
Revisi dan
perencanaan kembali.[6]
Dengan demikian
manajemen pendidikan Islam hendaknya diawali dengan perencanaan yang jelas dan
matang, dengan adanya perencanaan yang matang diharapkan manajemen pendidikan
Islam akan berjalan dengan baik.
2.
Pengorganisasian
Organisasi adalah
kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan
bersama.[7]
Mondy & Premeaux
menjelaskan bahwa orgganisasi ialah kerja sama dua orang atau lebih dalam satu
keadaan yang terkoordinir untuk mencapai hasil yang diinginkan.[8]
Asnawir menyatakan
bahwa pengorganisasian adalah aktivitas penyusunan, pembentukan hubungan kerja
antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
Akitivitas
mengumpulkan segala tenaga untuk membentuk suatu kekuatan baru dalam rangka
mencapai tujuan merupakan kegiatan dalam manajemen, karena pada dasarnya
mengatur segala sesuatu yang ada dalam sebuah organisasi maupun suatu lembaga
adalah kegiatan pengorganisasian.
Kegiatan menyusun
berbagai elemen dalam sebuah lembaga pendidikan maupun instansi merupakan
kegiatan manajemen yang secara khusus disebut sebagai pengorganisasian, hal ini
makin memperjelas bahwa di antara fungsi manajemen adalah menyusun dan
membentuk berbagai hubungan kerja dari berbagai unit untuk menjadi sebuah tim
yang solid, dari tim yang solid akan memberi kekuatan.
Dengan demikian, maka
sebuah organisasiterdiri dari beberapa unsur yaitu :
a.
Ada kumpulan
orang-orang;
b.
Ada pembagian kerja
atau spesialisasi dalam organisasi;
c.
Bekerjasama di mana
aktivitas-aktivitas yang terpisah dikoordinir;
d.
Ada tujuan bersama
yang akan dicapai melalui kerjasama yang terkoordinir.[9]
Untuk
kelangsungan fungsi organisasi ada dalam rancangan manajemennya, yaitu :
a.
Kesatuan perintah;
b.
Rentang pengawasan;
c.
Pembagian kerja;
d.
Departementalisasi.[10]
Menurut Winadi,
pengorganisasian ialah suatu proses di mana pekerjaan yang ada dibagi dalam
komponen-komponen yang dapat ditangani dan aktivitas-aktivitas
mengkoordinasikan hasil yang dicapai untuk mencapai tujuan tertentu.[11]
Reeser menekan bahwa
pengorganisasian itu berfungsi untuk membagi kerja terhadap berbagai bidang,
menetapkan kewenangan dan pengkoordinasian kegiatan bidang yang berbeda untuk
menjamin tercapainya tujuan dan mengurangi konflik yang terjadi dalam
organisasi. [12]
Apabila terjadi
kesatuan kekuatan dari berbagai elemen sistem untuk mencapai tujuan dalam
lembaga maupun organisasi maka manajemen dianggap berhasil. Karena telah mampu
menyatukan semua elemen dalam sistem untuk mewujudkan tujuan bersama. Dalam
Al-Quran Allah telah memberikan kunci dalam manajemen yaitu untuk bersatu.
Adanya kesatuan sistem akan memberi peluang besar untuk mencapai tujuan bersama.
Hal tersebut dapat
dipahami dari Firman Allah SWT :
Artinya
:
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan
beragama Islam”.
“Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk”. (Qs. Al-Imran:102-103)
Ramayulis menyatakan
pengorganisasian dalam manajemen sebagai upaya penetapan struktur peran-peran
dengan cara membuat konsep-konsep kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk
mewujudkan tujuan.
Hal ini makin
memperjelas posisi pengorganisasin dalam manajemen, konsep pengorganisasian
tersebut secara jelas memberikan gambaran bahwa dalam manajemen ada upaya untuk
melakukan peran-peran yang berbeda dalam rangka mewujudkan tujuan bersama,
meskipun berbeda-beda dalam peran tetapi kesemua peran dan aktivitas tersebut
bermuara kepada satu tujuan yaitu pencapaian target-target yang telah
disepakati sebelumnya.
Dalam penetapan
berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan bersama, dengan rincian-rinciannya,
baik berupa tugas-tugas tertentu, pendelegasian wewenang, informasi-informasi
horizontal maupun vertikal merupakan kegiatan pengorganisasian.
Kegiatan-kegiatan
tersebut mengindikasikan kebersamaan yang saling menentukan satu dengan
lainnya. Kegiatan yang dilakukan membentuk lingkaran kebersatuan dan membentuk
jejaring kerja berkesimbungan. Kebersatuan kerja membentuk sebuah tim kerja
yang berdedikasi tinggi terhadap kerja masing-masing. Adanya jejaring kerja tim
yang baik akan memberi peluang besar tercapainya tujuan bersama. Adanya kerja
sama dengan bermacam jenis kegiatan menuju satu arah tujuan merupakan proses
pengorganisasian dalam manajemen pendidikan Islam.
Pengorganisasian
dalam manajemen pendidikan Islam adalah penentuan struktur,
aktifitas,interaksi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara
transparan, dan jelas dalam lemabaga pendidikan baik bersifat individual,
kelompok maupun kelembagaan.
Dengan demikian
pengorganisasian dalam manajemen pendidikan Islam merupakan penetapan berbagai
hal untuk mempermudah dalam aktivitas perwujudan perencanaan yang telah dibuat
sebelumnya. Penetapan tersebut bukan hanya sekedar pembagian tugas, tetapi
penetapan menyeluruh tentang segala sesuatu yang membangun sistem tersebut,
sehingga membentuk tim kerja yang akan mewujudkan tujuan pendidikan Islam.
3.
Staffing
Meliputi kegiatan seleksi calon staf
pendidik dan kependidikan.
4.
Penggerakan, Pengarah
Manajemen mempunyai
fungsi penggerakan, adanya pengerakan yang dilakukan oleh manajer memungkinkan
organisasi berjalan dan perencanaan dilaksanakan. Dengan demikian pengerakan
yang dilakukan oleh manajer penting dalam manajemen. Manajer yang mampu
menggerakan bawahannya tentu mempunyai kiat-kiat tertentu, seperti memberi
motivasi, yakni usaha membangkitkan merupakan satu di antara asma Allah yaitu Al-Ba’ist
yang berarti membangkitkan. Berdasarkan Asma Allah tersebut hendaknya manajer
mempunyai sifat tersebut sehingga diharapkan dalam manajerialnya mampu
membangkitkan semangat kerja bawahannya. Berkenaan dengan sifat Al-Ba’ist
Allah berfirman :
Artinya
:
“Dan
Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu
kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk
disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan[481], kemudian kepada Allah-lah
kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan”. (Qs. Al-An’am : 60)
Manajerial yang
dibingkai dengan Al-ba’ist akan mampu memberikan energi motivasi kepada
bawahan secara alamiah religius, dikatakan sebagai alamiah religius karena pada
dasarnya manusia mempunyai sifat tersebut, meskipun tidak dalam tataran sempurna
seperti Allah, karena manusia tidak akan pernah menyamai Allah, tetapi paling
tidak dalam kontek manajerial manusia dapat mencontoh bagaimana Allah memberi
motivasi kepada makhluk ciptaan-Nya.
- Pengawasan
Pengawasan merupakan usaha mengawasi atau pengamatan agar
pelaksanaan tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Menurut
Ramayulis pengawasan adalah upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional
dalam rangka menjamin kegiatan berjalan sesuai dengan ketetapan yang telah
ditentukan.
Asnawir menyatakan bahwa pengawasan sangat penting dalam
suatu organisasi, karena pengawasan akan membantu kelangsungan administrasi
berjalan sesuai dengan harapan. Jalannya administrasi berjalan dengan baik,
jika ada pengawasan yang baik, dengan demikian antara pengawasan dengan
pelaksanaan administrasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena
saling menunjang keterlaksanaan keduanya. Adanya pengawasan dalam pelaksanaan
perencanaan maupun adminsitrasi dalam pendidikan Islam memungkinkan mengetahui
kelemahan dalam peleksanaan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
Pengawasan dalam pendidikan Islam merupakan kegiatan yang
dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka menjamin terlaksananya kegiatan
dengan konsisten, baik material maupun spiritual. Pengawasan dalam pendidikan Islam tidak hanya
mengedepankan hal-hal yang bersifat materil saja,tetapi juga mementingkan
hal-hal yang bersifat spiritual. Hal ini yang secara signifikan membedakan
antara pengawasan dalam konsep Islam dengan konsep sekuler yang hanya melakukan
pengawasan bersifat materil dan tanpa melibat Allah Swt sebagai pengawas utama.
Menurut Ramayulis pengawasan dalam pendidikan Islam
mempunyai karakteristik sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan
spiritual, monitoring bukan hanya manajer, tetapi juga Allah Swt, menggunakan
metode yang manusiawi yang menjunjung martabat manusia.
Dengan karakterisrik
tersebut dapat dipahami bahwa pelaksana berbagai perencaan yang telah
disepakati akan bertanggung jawab kepada manajernya dan Allah sebagai pengawas
yang Maha Mengetahui. Di sisi lain pengawasan dalam konsep Islam lebih
mengutamakan menggunakan pendekatan manusiawi, pendekatan yang dijiwai oleh
nilai-nilai keislaman.
Penutup
Dari pembahasan makalah ini dapat dipahami bahwa Secara
bahasa manajemen berasal dari kata manage yang berarti
mengurus,mengatur, melaksanakan, mengelola. Kemudian secara istilah manajemen
pendidikan Islam adalah suatu proses kerjasama aktif dalam sebuah lembaga
pendidikan dalam rangka mencapai tujuan lembaga pendidikan. Kerjasama tersebut
berdasarkan keimanan kepada Allah, serta kerjasama untuk mencapai ridho Allah.
Prinsip-prinsip dalam
manajemen pendidikan Islam adalah didasari rasa ikhlas kepada Allah, kejujuran,
Amanah, adil, tanggung jawab, dinamis, fleksibel. Sedangkan aspek manajemen
dalam pendidikan Islam adalah aspek institusi, struktural, personalia,
informasi, teknik dan lingkungan. Kemudian fungsi manajemen pendidikan Islam
adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengerakan, dan pengawasan.
Perbedaan paling menonjol manajemen pendidikan Islam dengan manajemen sekuler
atau manjemen lainnya adalah terletak dari prinsip dasarnya, yaitu Al-Quran dan
Hadis. di sisi lain pengawasan bersifat menyeluruh, tidak saja melibatkan
manajer dalam pengawasan.
[1]
. Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Press,
2005, h.4
[2]
. Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Press,
2005, h.41
[3]
. Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung : Rosdakarya, 2008,
h.33
[4]
. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai
Pustaka, 2003, h. 946.
[5]
. Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Press,
2005, h.61
[6]
. Tim Pengembang Ilmu Pengetahuan, FIP-UPI, Bandung : IMTIMA, 2007, h. 230
[7]
. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai
Pustaka, 2003, h. 803
[8]
. Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Press,
2005, h.69
[9]
. Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Press,
2005, h. 70
[10]
. ibid
[11]
. ibid
[12]
. ibid, h. 71