Cari Blog Ini

Kamis, 15 April 2010

Tinjauan Tentang Guru

Dalam leksikon Jawa, guru umumnya ditafsirkan sebagai akronim dari ungkapan ”bisa digugu lan ditiru”. Ini artinya bahwa sosok guru adalah orang yang dapat dipercaya atau dipegang teguh kebenaran ucapannya dan dapat diteladani tingkah lakunya. Di balik ungkapan itu, tersirat paham atau setidak-tidaknya asumsi bahwa apa yang dilakukan, dikatakan dan diajarkan guru adalah benar. Guru sangat dipercaya sehingga jarang orang mempersoalkan ajarannya.

Asumsi tempo dulu tentang guru mungkin ada benarnya, tetapi apabila dikaitkan dengan keberhasilan pendidikan zaman sekarang, di mana kemerosotan kualitas pendidikan di negeri ini semakin hari semakin terasa. Hal tersebut ditandai dengan fenomena lulusan kita yang kurang qualified. Di sisi lain, minimnya pendidikan agama yang diajarkan kepada peserta didik kita, sehingga hati dan jiwa mereka semakin kerdil, akhlak dan moral mereka semakin jauh dari pancaran cahaya Illahi. Akibatnya tawuran antar pelajar, antar mahasiswa masih terus mewarnai dunia pendidikan kita. Tingkat korupsi dan manipulasi serta kecurangan para pejabat masih tergolong tinggi. Tindak kriminalitas di masyarakat kita juga tergolong tinggi yang setiap saat dapat kita saksikan diseluruh stasiun televisi. Berdasarkan catatan Human Development Index (HDI) bahwa kualitas sumber daya manusia kita berada pada urutan 109 dari 179 negara di dunia.

Dari gambaran hasil pendidikan kita tersebut di atas, apakah dunia pendidikan kita sudah tidak layak lagi dalam mendidik peserta didik? Atau apakah guru-guru kita sekarang sudah tidak berkompeten lagi dalam mendidik peserta didik kita? Lalu, guru yang bagaimanakah yang mampu merubah wajah dunia pendidikan kita yang semakin terpuruk ini sehingga bangkit merubah pendidikan kita dengan perestasinya yang unggul dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas tinggi?

Untuk merubah dan memperbaiki serta meningkatkan kualitas pendidikan kita ini, maka diperlukan tenaga-tenaga guru yang berkompeten serta profesional dalam bidang pendidikan. Karena hanya dengan guru yang kompeten dan profesionallah yang mampu merubah wajah dunia pendidikan kita dan mampu menghantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan.

Guru dalam pandangan Islam merupakan pengganti kedudukan Rasulullah Saw, dalam menyampaikan petunjuk dan kebenaran kepada umat manusia serta mengajarkan kepada mereka apa-apa yang bermanfaat bagi kehidupan mereka di dunia dan akhirat. Allah SWT. dan Rasulullah Saw, sangat menaruh perhatian terhadap keberadaan para guru yang senantiasa mempelajari dan mengajarkan ilmu pengetahuan serta ditinggikan derajat mereka oleh-Nya. Allah SWT berfirman :

Artinya :
“Allah meningkatkan derajat orang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat” Qs. Al-Mujadilah : 11).

Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa Abdullah bin Amru bin ‘Ash mengatakan, pada suatu hari Rasulullah Saw keluar kamar menuju masjid. Di Masjid beliau mendapati dua kelompok sahabat. Kelompok pertama adalah golongan yang sedang mambaca Al-Qur’an dan berdo’a kepada Allah SWT. Sedangkan kelompok kedua adalah mereka yang sedang sibuk mempelajari dan mengajarkan ilmu pengetahuan. Rasulullah Saw kemudia bersabda : “Masing-masing kelompok sama-sama dalam kebaikan. Terhadap kelompok yang sedang mambaca Al-Qur’an dan berdo’a kepada Allah, maka Allah akan mengabulkan do’a mereka jika Ia kehendaki. Begitupun sebaliknya, do’a mereka tidak akan diterima jika Ia tidak berkenan mengabulkan. Adapun terhadap golongan yang sedang belajar-mengajar, maka ketahuilah sesungguhnya aku pun diutus untuk menjadi seorang pengajar (guru). Kemudian Rasulullah bergabung bersama mereka” (HR. Ibnu Majah)

Demikian Islam menunjukkan pribadi Rasulullah Saw sebagai seorang guru yang menjadi sumber pengetahuan, kiblatnya keteladanan dan pembimbing yang bijak. Sifat siddiq, amanah, tabliqh dan fathonah beliau menjadi bukti kelengkapan menjadi seorang guru. Sifat-sifat beliau tersebut, bukan hanya sekedar dipelajari dan diketahui saja oleh guru, tapi harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada saat seorang guru sedang melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.

Pengertian Guru
Dalam konteks pendidikan Islam, guru disebut dengan murabbi yang berasal dari kata rabba-yurabbi, muallim berasal dari kata allama-yuallimu, dan muaddid yang berasal dari kata addaba-yuaddibu.

Istilah murabbi sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Istilah muallim pada umumnya dipakai dalam membicarakan aktivitas yang lebih terfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan dari seseorang yang tahu kepada orang yang tidak tahu. Ada pun muaddid menurut Naquib Al-Latas, lebih luas dari istilah muallim, dan lebih relevan dengan konsep pendidikan. Namun demikian istilah muallim lebih sering dijumpai dalam berbagai literatur pendidikan Islam, di banding dengan yang lainnya.

Menurut Al-Aziz bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam menginternalisasikan nilai-nilai religius dan berupaya menciptakan individu yang memiliki pola pikir ilmiah dan pribadi yang sempurna.

Dari penjelasan di atas, maka guru adalah individu yang melaksanakan kegiatan pendidikan sehingga tercapai tujuan pendidikan tersebut. Individu yang dimaksud adalah orang yang bertanggung jawab, orang yang sehat jasmani dan rohaninya dan individu yang mampu berdiri sendiri serta mampu menanggung resiko dari segala kegiatan pendidikan. Menjadi guru merupakan tugas yang sangat mulia. Tentu saja bila dikerjakan dengan niat yang ikhlas karena mengharapkan keridhaan Allah SWT. semata serta mendidik peserta didiknya dengan pendidikan Islam yang baik dan benar.

Wallahu A’lam

Tidak ada komentar: